fbpx

Polisi Realisasikan Street Race demi Hilangkan Balap Liar

Acara bertajuk Street Race Polda Metro Jaya sukses digelar di kawasan Ancol, Jakarta Utara pada Minggu (16/1/2022).

Ajang balap jalanan tersebut dibuka secara resmi oleh Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran.

Fadil mengatakan, Street Race yang difasilitasi oleh Ditlantas Polda Metro Jaya ini berbeda dengan balapan lain.

Pasalnya standar yang digunakan dibuat khusus, mulai dari sisi keamanan, keselamatan hingga kelayakan yang harus dipenuhi.

“Balapan ini punya standar khusus yang harus dipatuhi. Jangan hanya bertransformasi nama saja, tapi juga harus bertransformasi dari syarat balapnya,” ujar Fadil di Jakarta, Minggu (16/1/2022).

Adapun peserta yang mengikuti Street Race Polda Metro Jaya berjumlah 350 orang, atau sesuai dengan kuota yang disediakan.

Jenis motor yang digunakan juga beragam, mulai dari matik kecil, matik bongsor, bebek, thrill, motor custom, hingga motor gede.

Setelah suskes dengan gelaran ini, Fadil mengungkapkan kalau ke depannya ajang Street Race tidak hanya dilaksanakan di kawasan Ancol.

nantinya gelaran Street Race juga bakal difasilitasi di wilayah Serpong, Tangerang Selatan.

Lokasi tersebut dinilai siap menjadi lokasi ajang Street Race selanjutnya usai sukses digelar di Kawasan Ancol, Jakarta Utara.

Hal ini disampaikan langsung oleh Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Fadil Imran dalam sambutannya saat pembukaan Street Race Polda Metro Jaya.

Menurutnya kegiatan seperti ini harus digelar secara berkelanjutan sehingga mampu menfasilitasi pemuda yang menyalurkan hobinya di bidang balap motor.

“Di Serpong, Tangsel sudah siap, nanti akan kami akomodasi, fasilitasi dan kanalisasi adik-adik ini untuk wilayah daerah penyangga Tangerang,” ujar Fadil di Jakarta, Minggu (16/1/2022).

Terkait itu Kapolda telah memerintahkan para Kasatlantas di wilayah penyangga lainnya, untuk mencari lokasi yang sesuai untuk dijadikan sirkuit Street Race.

Pelaksanaan Street Race Ancol ini diharapkan dapat mengubah stigma negatif terhadap balap liar yang kerap terjadi.

Lebih lanjut, Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Sambodo Purnomo Yogo dalam kesempatan yang sama mengatakan kalau pemilihan lokasi Street Race juga disepakati oleh para pembalap.

Lahirlah konsep balapan street race dengan penggunaan trek lurus sekitar 500 meter.

Namun, tujuan utama diadakannya event ini bukanlah mencari siapa joki balap yang paling cepat.

Pihak kepolisian berupaya untuk meminimalisir dan bahkan kalau bisa menghilangkan adanya balap liar di jalan umum.

“Untuk itu, kami akan mewadahi mereka di satu tempat dengan faktor keamanan dan keselamatan yang bisa ditingkatkan,” tukas Sambodo.

Lorenzo Baldassari, Murid Rossi yang Gagal Buktikan Potensinya, Akan Kembali Berusaha Buktikan Diri di World Supersport

Meskipun sempat pensiun dini karena performanya di Moto2 menurun drastis, Lorenzo Baldassarri akhirnya kembali lagi ke arena balapan di tahun 2022 ini.

Lorenzo Baldassarri resmi bergabung dengan tim Evan Bros, Yamaha, pada ajang World Supersport.

Baldassarri akan mengendarai Yamaha YZF-R6 pada kompetisi musim 2022 ini sebagai rekan Peter Sebestyen.

Kepastian ini juga menghapus rumor bahwa Balda akan bergabung dengan MV Agusta yang sempat memberikannya kesempatan tes motor WorldSSP beberapa pekan lalu.

Pembalap asal Italia ini adalah salah satu jebolan Red Bull Rookies Cup yang menjadi juara di tahun 2011.

Pada 2013, Balda debut di kejuaraan dunia Moto3 dan langsung promosi ke Moto2 setahun setelahnya.

Setelah menempati peringkat ke-25 di tahun pertamanya, Balda langsung masuk 10 besar klasemen akhir pada tahun 2015.

Tahun 2018 performanya semakin mengagumkan dan berhasil finis 5 besar klasemen akhir, lalu pada awal 2019 namanya semakin melejit.

Dalam 4 balapan Moto2 di awal 2019, pembalap kelahiran tahun 1996 ini berhasil meraih 3 kemenangan.

Sejak itu beberapa tim MotoGP berminat merekrutnya, bahkan sudah ada yang berbicara dengan manajemen VR46 Riders Academy yang saat itu menaunginya.

Sayangnya entah kenapa, performanya berangsur menurun hingga akhirnya pada pertengahan tahun itu Balda memutuskan keluar dari VR46 Riders Academy beserta 2 orang lain yakni Nicolo Bulega dan Dennis Foggia.

Keluar dari VR46 untuk bisa terbebas dari tekanan, performa Balda malah semakin terjun bebas.

Usai musim 2021 berakhir, tak ada tim Moto2 yang mau merekrutnya dan sang rider hampir saja pensiun dini sebelum akhirnya tim Evan Bros. merekrutnya.

“Aku akan mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk siap di awal musim. Aku yakin jadi bagian dari proyek yang solid dengan orang-orang yang sangat profesional,” ungkap Balda seperti dikutip dari Corsedimoto.

“Tujuanku adalah bertarung untuk posisi teratas segera. Aku tidak sabar menunggu tes pertama tiba dan aku menantikan awal kejuaraan dengan banyak energi,” jelasnya.

Cinta Rossi pada MotoGP dan Anak Didiknya yang Tak Pernah Padam

Sebenarnya memang Valentino Rossi sudah resmi meninggalkan ingar bingar arena MotoGP yang sudah membesarkannya selama 25 tahun. Namun, pada musim balap 2022, Valentino Rossi akan menjajaki karier sebagai pembalap mobil di ajang ketahanan. 

Meskipun demikian, sang pemilik sembilan gelar juara dunia itu akan tetap berkunjung ke MotoGP 

Baik sebagai pemilik tim, juga sebagai mentor dari pembalap VR46 Academy yang tersebar di Moto3, Moto2, dan MotoGP. 

Salah satu muridnya, Francesco Bagnaia bercerita kalau Valentino Rossi datang ke salah satu seri MotoGP, maka ia akan sangat sibuk. 

“Semua pembalap didikannya akan butuh masukan darinya, sehingga ia akan berkeliling dari satu paddock ke paddock lainnya,” ujar Francesco Bagnaia. 

“Dia akan sibuk juga saat menjalani kompetisi balap ketahanan, tapi akan selalu menyediakan waktu untuk kami,” imbuhnya dilansir dari Paddock GP. 

“Rumah dan nomor telponnya akan selalu siap jika kami hubungi dan dimintai pendapat. Ia seperti sosok Ayah dan kakak bagi kami,” Bagnaia menambahkan. 

Francesco Bagnaia mengejar target untuk menjadi juara dunia MotoGP 2022.

Dengan performa Ducati saat ini, jelas ia butuh motivasi lebih. 

Jika mengalami hambatan dalam kiprahnya sepanjang MotoGP 2022, jelas Francesco Bagnaia butuh masukan dari orang yang berpengalaman. 

Sosok Valentino Rossi adalah orang yang tepat, sehingga ia tidak ingin lost contact dengan pembalap yang membawanya ke MotoGP itu. 

Buntut Kekalahan di Seri F1 2021, Tim Mercedes Masih Dongkol

Terkait akhir dari kisah dramatis F1 musim 2021, Tim Mercedes masih ngambek.  Tim Mercedes masih dalam situasi panas soal kontroversi balapan F1 Abu Dhabi 2021 akhir pekan lalu.

Sejak protesnya ditolak FIA, seluruh anggota tim Mercedes baik dari mekanik, petinggi, hingga pembalapnya tak memberikan statement apapun di depan media.

Bahkan di media sosialpun tidak ada yang memberikan kabar, semua diam dan membuat publik bertanya-tanya.

Diamnya Mercedes ini seolah-olah bagian dari aksi protes lanjutan terhadap FIA.

Kini menjelang acara FIA Prize Giving Ceremony yang diadakan besok Kamis (16/12), belum ada satupun anggota tim Mercedes yang menampakkan batang hidungnya di Paris.

Mercedes juga sudah menolak acara foto bersama sebagai juara konstruktor F1 dan juara Formula E tahun ini yang dijadwalkan Selasa malam (14/12) kemarin.

Hal-hal ini semakin menguatkan bahwa pihak Mercedes beneran akan mengajukan banding soal keputusan FIA pada balapan akhir pekan kemarin.

Tim yang berbasis di Brackley, Inggris, ini masih punya waktu sampai dimulainya FIA Prize Giving besok Kamis sore untuk mengajukan banding.

Jika Mercedes benar-benar tidak datang pada acara besok dan banding benar-benar diajukan, acara FIA Prize Giving tentunya akan menjadi kurang khusyuk dan tidak menyenangkan.

Di sisi lain, Lewis Hamilton hari ini malah sedang sibuk menghadiri peresmian gelar kebangsawanannya langsung oleh Pangeran Charles di Windsor Castle.

Momen penting ini juga tak dibagikan Lewis Hamilton pada akun media sosialnya.

Tim Red Bull Ancam Mundur dari F1 sebagai Buntut dari Kontroversi di Pengujung Seri Balapan F1 2021

Nampaknya, kontroversi hasil balap F1 Abu Dhabi 2021, yang notabene dimenangkan Max Verstappen, masih belum sepenuhnya tuntas.

Pihak tim Mercedes-AMG Petronas sempat melakukan protes terkait dua masalah yang terjadi selama balapan berlangsung, terutama insiden kontroversi yang melibatkan Safety Car di beberapa lap terakhir.

Pertama soal Verstappen yang dianggap sempat mendahului Hamilton saat periode Safety Car belum sepenuhnya berakhir.

Kemudian soal prosedur akhir Safety Car yang membuat kontroversi saat balapan.

Namun, Fédération Internationale de l’Automobile (FIA) telah memutuskan menolak protes tersebut, meskipun Mercedes masih punya kesempatan untuk naik banding.

Protes yang dilayangkan oleh tim Mercedes tersebut tentu saja membuat Red Bull geram.

“Ini final kejuaraan yang tak sebanding karena hasilnya ditunda seperti itu. Tapi itu juga berbicara soal sikap pecundang yang tak pantas untuk mengajukan protes,” ungkap penasihat Red Bull, Helmut Marko, seperti yang dikutip dari Speedweek.

“Sangat menjijikkan soal apa yang kau lakukan setelah balapan, mengajukan protes saat jelas hal itu takkan berhasil. Itu benar-benar pecundang bagiku,” jelasnya.

Meski diuntungkan dengan keputusan akhir FIA, Marko membenarkan banyaknya inkonsistensi juri selama musim ini.

Kadang juri memberlakukan hal serupa untuk beberapa kasus, tapi akan ada hal berbeda di kemudian hari meski kasusnya sama.

Hal itu tidak bagus untuk masa depan kejuaraan balap jet darat itu sendiri dan Marko mengancam Red Bull bisa saja keluar F1 jika tidak ada perubahan sikap ke arah lebih baik dari FIA.

“Kami akan memikirkan kembali keikutsertaan kami di F1, jika tidak ada perbaikan untuk masa depan kejuaraan,” ungkap pria 78 tahun ini.

“Seluruh sistemnya harus dibenahi. Aturannya harus dibuat lebih sederhana dan intinya adalah ‘ayo balapan’,” tegas Marko.

Pada 17 Desember 2021 mendatang, akan ada pemilihan Presiden FIA baru di mana Jean Todt akan digantikan di sana.

“Sekarang pemilihan Presiden sudah dekat, kita harus memulainya dari sana,” tegasnya.

F1 2021 yang Penuh Drama Akhirnya Berakhir, di Seri F1 Abu Dhabi, Max Verstappen Akhirnya Jadi Juara Dunia

Sesuai dengan ekspektasi dan gembar-gembor media belakangan ini, seri balapan F1 2021 di Abu Dhabi ini benar-benar sangat seru. Bahkan, seri F1 2021 pun dinilai oleh banyak kritikus sebagai salah satu seri F1 yang paling seru dan persaingannya sangat ketat. Kerennya lagi, pembalap tim Red Bull Racing, Max Verstappen, berhasil menjadi juara F1 2021 setelah melewati balapan dramatis F1 Abu Dhabi 2021.

Sejak awal, terjadi banyak kontroversi pada balapan di Sirkuit Yas Marina ini. Hamilton sempat melaju melebar dan memotong trek di lap awal saat bertarung dengan Verstappen. Namun, FIA Stewards tidak memberikan tindakan apapun ke Hamilton.

Dengan aliran udara bersih, Hamilton mampu melesat ke depan tanpa gangguan meninggalkan Verstappen.

Verstappen sempat kembali mengejar Hamilton setelah mendapat bantuan Sergio Perez di pertengahan balapan. Aksi Sergio Perez menahan serta memaksa Lewis Hamilton membuat mobilnya meraung juga menyiksa bannya ini pasti menjadi salah satu hal yang tidak akan terlupakan bagi semua penggemar F1, apalagi bagi Max Verstappen. Usaha keras Sergio Perez untuk mengangkat posisi teman satu temannya ini bisa membuat Max Verstappen mampu menempel Lewis Hamilton. Namun, Performa Lewis Hamilton masih belum terkejar. Ia masih bisa tetap melenggang di posisi terdepan.

Saat Lewis Hamilton sudah nyaman berada di puncak posisi tertinggi, sebuah tragedi terjadi, crash pada lap-lap terakhir menimpa Nicholas Latifi.

Akhirnya, Safety Car keluar dan keadaan ini dimanfaatkan beberapa pembalap untuk melakukan pit stop, termasuk Max Verstappen yang berjudi dengan melakukan pit stop untuk mengganti bannya.

Max Verstappen sempat terjebak di belakang beberapa pembalap yang sudah di-overlap-nya.

Peluang Verstappen seolah sirna karena Safety Car tidak kunjung usai. Periode Safety Car mengamankan balapan hingga lap terakhir dengan Verstappen masih terjebak di belakang beberapa pembalap.

Namun, yang paling unik Race Control menyatakan pembalap yang sudah di-overlap untuk tidak menyalip, tetapi akhirnya ada perubahan pada akhir periode Safety Car, para pembalap yang sudah di-overlap pun harus menyingkir dan tersisalah Max Verstappen dan Lewis Hamilton merebutkan posisi pertama dan gelar dunia 2021. Hal ini akhirnya bisa dimanfaatkan Verstappen untuk mendekati Hamilton sebelum Safety Car berakhir. Verstappen yang memakai ban soft lebih segar pun bisa menyalip Hamilton dengan mudah. Pada akhirnya, Verstappen menang balapan dan jadi pembalap asal Belanda pertama yang menjadi juara dunia F1.

Valentino Rossi dan Pecco Bagnaia Diapresiasi Presiden Italia

Baru-baru ini, Valentino Rossi berkesempatan hadir dalam pertemuan bersama Presiden Republik Italia, Sergio Mattarella.

Hal itu dalam rangka pertemuan kehormatan antara Federasi Motor Italia (IMF) dan pemerintah Italia di Quirinal Palace, Italia.

Valentino Rossi hadir bersama kekasihnya, Francesca Sofia Novello, pada pertemuan penting ini sebagai perwakilan dari IMF.

Tak cuma Rossi, di sana ada juga sang murid Francesco Bagnaia dan bos Ducati Gigi Dall’Igna beserta beberapa pejabat IMF.

Kemudian ada juga Antonio ‘Tony’ Cairolli, superstar MXGP yang juga pensiun bersamaan dengan Valentino Rossi tahun ini, dan beberapa atlet balap lain dari berbagai kategori.

“Pertemuan luar biasa di mana Presiden Mattarella memahami betapa bernilainya sisi olahraga dan sisi sosial dari olahraga motor di Italia,” ungkap Presiden IMF, Giovanni Copiol, seperti yang dikutip dari Paddock-GP.

Dalam pidatonya, Presiden Mattarella banyak membahas soal pensiunnya The Doctor.

Sang presiden cukup akrab dengan aksi-aksi Rossi yang terkenal di Italia.

Hadirnya Rossi dan Cairolli sebagai penanda bahwa era keduanya di dunia balap Italia telah berakhir, di mana pembalap muda seperti Pecco-lah yang akan meneruskan perjuangan sang senior.

“Ini adalah pertemuan emosional di tempat sebagus Quirinal. Kata-kata dari Presiden sangat berarti dan aku bahagia bisa berpartisipasi di event ini,” ujar Rossi.

 Pada acara ini, Rossi juga memberikan kenang-kenangan berupa helm kepada Presiden Mattarella.

Rivalitas Max Verstappen dan Lewis Hamilton Semakin Panas, Jangan Sampai Ada “Kecurangan” Seperti Schumacher!

Setelah melalui beragam drama dan konflik seru sepanjang musim, persaingan Max Verstappen dan Lewis Hamilton pada musim 2021, jadi salah satu yang paling ketat dalam sejarah Formula 1.

Tentu saja, persaingan mereka tahun ini bisa dibilang sebagai yang terketat karena baik Verstappen dan Hamilton memiliki poin yang sama sebelum balapan terakhir di F1 Abu Dhabi 2021 dimulai.

Raihan poin yang sama milik keduanya pun membuat pertarungan F1 Abu Dhabi 2021 akan semakin panas. Boleh dibilang, siapa pun yang akan menempati posisi lebih di depan pada balapan di Yas Marina ini, akan jadi juara F1 2021.

Tidak cuma soal posisi finis saja, tetapi gagal finis sekalipun juga bisa lho menentukan gelar jatuh ke tangan siapa.

Oleh karena itu, jika salah satunya gagal meraih poin atau tidak finis, gelar akan jatuh ke tangan pembalap lainnya.

Patut Anda ketahui, karena lebih unggul dengan sembilan kemenangannya di musim ini, Verstappen tetap akan meraih gelar meskipun dia dan Hamilton sama-sama DNF (Did Not Finish).

Makanya nih berkaca dengan insiden-insiden yang terjadi musim ini, gagal finis juga masuk dalam skema perebutan gelar juara dengan kemungkinan yang cukup besar.

Di masa lalu, perebutan gelar ini juga sering ditentukan dengan tidak finisnya seorang pembalap.

Atau bahasa kasarnya, seorang pembalap akan mencoba membuat rivalnya gagal finis untuk bisa meraih gelar.

Belajar dari Beberapa Kasus Schumacher

Pada musim 1997, persaingan Michael Schumacher dan Jacques Villeneuve.

Setelah persaingan ketat sejak awal musim, Schumacher datang ke F1 Eropa dengan keunggulan satu poin saja dari Villenuve.

Kedua pembalap tampak sama kuat sejak sesi latihan hingga kualifikasi, bahkan balapanpun sangat ketat.

Di kualifikasi, Villeneuve dan Schumi mencatat waktu sama persis.

Akan tetapi karena Villenueve mencetak waktu duluan, dia berhak atas pole position sementara Shumacher start kedua.

Schumacher mampu start dengan baik dan mengambil alih pimpinan sejak awal.

Sayang bagi Schumi, putra dari legenda Gilles Villeneuve tersebut juga sangat cepat dan terus konsisten menjaga posisi dan kecepatannya.

Menuju 20 lap terakhir di Jerez tersebut, Villeneuve punya peluang menyalip di tikungan Dry Sac.

Schumi yang sudah tertekan tiba-tiba mengubah racing line-nya untuk menutup ruang sehingga terjadi senggolan.

Juara dunia tujuh kali ini tampaknya sengaja menabrak Villenuve untuk mengamankan posisinya.

Kedua mobil mengalami kerusakan ringan, Villeneuve yang berada di sisi dalam mampu melanjutkan balap.

Sementara Schumacher terjebak di gravel dan tidak bisa melanjutkan lajunya.

Gelar-pun jatuh ke tangan pembalap asal Kanada tersebut.

Tak berhenti di situ, Schumi sempat ingin protes agar Villeneuve kena hukuman atas insiden tersebut.

Tapi Ross Brawn yang saat itu berada di Ferrari bersama Schumi menghalangi amarah sang pembalap, kemudian memberikan rekaman kejadian hingga Schumi terdiam karena bukti-bukti malah mengarah padanya.

Brawn yang sekarang menjabat Direktur Olahraga F1 dengan besar hati berani mengakui bahwa Schumi-lah yang salah kala itu.

Uniknya, FIA yang sudah terlalu geram dengan Schumi kala itu membuat sidang dengan mendengar seluruh kesaksian, dan setelah dua pekan akhirnya mendiskualifikasi Schumi dari seluruh kejuaraan musim 1997.

Jadi pembalap Ferrari tersebut juga tidak berhak atas posisi runner-up dan keseluruhan poin yang didapatkan selama musim 1997.

Nah kejadian ini bisa jadi peringatan buat Verstappen dan Hamilton.

Tapi Schumacher juga pernah lolos saat melakukan tindakan yang mirip pada 1994 di seri terakhir melawan Damon Hill.

Bedanya posisi Schumacher masih bisa sedikit di depan saat crash terjadi sehingga racing line-nya belum benar-benar jadi milik Hill.

Ini jadi pertimbangan untuk tidak mendapat hukuman, ditambah Schumacher juga DNF.

Schumacher sampai terlempar menabrak dinding saat crash, sementara Hill terus mencoba melaju ke pit namun kerusakan mobilnya sudah terlampau parah hingga akhirnya juga DNF.

Meski sama-sama DNF, Schumi yang sudah unggul 1 poin berhasil meraih gelar pertamanya yang saat itu diraihnya bersama Benetton.

Gelar tersebut sangat kontroversial hingga Schumacher yang masih muda kala itu dicemooh banyak orang.

Apalagi melawan Damon Hill yang merupakan pembalap tim Williams yang saat itu banyak fansnya.

Belum lagi fakta bahwa tahun itu Williams baru kehilangan Ayrton Senna yang meninggal beberapa race sebelumnya.

Hill dan tim Williams sama-sama sepakat untuk tidak memperpanjang masalah karena masih berduka atas perginya Senna.

Sean Gelael Ungkap Penyebab Kecelakaan dengan Beberkan Data Telemetri

Setelah mengalami kecelakaan yang videonya sempat viral, Sean Gelael akhirnya beberkan penyebab kecelakaan yang membuatnya dan Bambang Soesatyo salto berkali-kali pada Kejurnas Sprint Reli 2021 di Meikarta, Jabar, Sabtu (27/11) lalu.

Mobil reli Citroen C3 R5 yang dipacu Sean Gelael dan Bamsoet, panggilan akrab Bambang Soesatyo, yang juga Ketua PP IMI itu terguling saat menjalani SS2 Kejurnas Sprint Reli di Meikarta tersebut.

Beruntung, baik Sean Geael maupun Bamsoet berhasil lolos dari cidera pascakecelakaan hebat tersebut.

Saat itu, Sean mengaku tidak tahu apa yang menjadi penyebab kecelakaan tersebut, meskipun kecepatan yang lebih tinggi ditengarai sebagai pelaku utama.

Namun, hal tersebut terbantahkan saat anak dari mantan pereli nasional Ricardo Gelael itu membuka data telemetri serta video yang ada dari kecelakaan tersebut.

“Jujur, sebelum buka telemetri saya menyangka saya melaju lebih cepat dari sebelumnya, tapi ternyata tidak,” ujar Sean dalam siaran resmi Team Jagonya Ayam seperti dikutip dari GridOto.com, Senin (29/11).

Ia mengatakan, dirinya melaju 110 km/jam di tempat kecelakaan ketika sesi ujicoba atau shakedown pada Jumat (26/11/2021.

Kemudian memperlambat lajunya menjadi 107 km/jam pada SS1 akibat kondisi yang becek pasca hujan dan 109 km/Jam pada SS2 setelah kondisi mengering.

“Kesimpulannya, kecepatan saya kurang lebih sama,” kata pria yang akan berlaga di Kejuaraan Dunia Balap Ketahanan bersama W Racing Team (WRT) pada 2022 itu.

Kondisi mobil sebelum terjadinya kecelakaan juga dipastikan prima, pun dengan set up mobil reli Citroen C3 R5 yang turun di kelas WRC2 tersebut.

“Kerusakan yang ada adalah karena dampak dari tabrakan, bukan sebelum tabrakan,” ujar Ricardo Gelael dalam kesempatan yang sama.

Mengingat ajang WRC tidak digelar dengan lintasan dengan permukaan tanah berbeda seperti di Meikarta kemarin, mobil-mobil WRC memang tidak bisa disetel untuk dua kondisi yang berbeda.

“Di Meikarta panjang lintasan 5,3 km di mana 5 km adalah aspal dan sisanya tanah, jadi wajar kalau setelan mobilnya adalah untuk aspal,” tambah Nuno Pinto selaku pelatih Sean.

“Dengan setelan seperti itu jika ada perubahan lintasan di area tanah tentu bisa mempengaruhi apa pun, termasuk kecelakaan,” lanjutnya.

Namun setelah memutar ulang video-video yang ada dari kecelakaan tersebut, Sean serta tim-nya menemukan apa yang kemungkinan besar menjadi penyebab kecelakaan.

Yaitu munculnya gundukan tanah tambahan dengan jarak yang sangat dekat dari gundukan awal di area mendarat Sean dan Bamsoet, dan meluncurkan mobil mereka ke udara.

“Nah, gundukan tambahan itulah yang saya tidak mendapat laporan keberadaannya karena selama SS1 dari video yang kami buka ulang terlihat tidak ada,” ujar Sean. 

Pihaknya mengaku sudah melihat langsung kondisi lintasan pada pagi hari sebelum SS1 menggunakan motor dan belum ada perubahan.

Sean juga tidak menampik bahwa gundukan baru tersebut bisa muncul akibat proses alami seperti tanah mulai mengering di segmen gravel dari lintasan SS2.

“Tapi semestinya ada yang memberitahu ke semua peserta bahwa lintasan telah berubah, kami tidak mendapat pemberitahuan itu,” ujar Sean.

Sean mengaku tidak mau menunjuk siapa yang benar maupun salah dalam kejadian tersebut.

Ia paham bahwa balap, terutama reli, memiliki risiko kecelakaan yang besar dengan konsekuensi yang besar juga.

“Semoga dengan kejadian ini kita di Indonesia bisa belajar banyak tentang bagaimana menciptakan kondisi yang aman, apakah saat balapan atau berkendara biasa di jalan raya,” tutup Sean.

Meski Kebanjiran, Sirkuit Mandalika Dapat Pujian dari Para Pembalap WSBK

Meskipun suasana balapan di Sirkuit Mandalika kemarin kurang kondusif, pujian tetap diberikan oleh para pembalap pada pihak penyelenggara. Para pembalap membanjiri Sirkuit Mandalika dengan pujian, setelah Race 2 WorldSBK Indonesia 2021 digelar pada Minggu, (21/11) akhir pekan lalu.

Mayoritas pembalap memang sudah memuji lokasi dan layout dari sirkuit bernama lengkap Pertamina Mandalika International Street Circuit itu sebelum WorldSBK Indonesia 2021 berlangsung.

Akan tetapi, pujian kembali dihaturkan setelah Race 2 WorldSBK Indonesia yang digelar dalam kondisi hujan atau wet race.

Meskipun tetap melontarkan beberapa kritikan, para pembalap yang bertengger di enam posisi terdepan pada Race 2 sama-sama memuji lintasan sirkuit Mandalika pada kondisi basah.

Sebut saja pembalap Kawasaki Racing Team, Jonathan Rea, yang menggasak double winner atau kemenangan ganda di WorldSBK Indonesia 2021.

“Jujur saja, sirkuit Mandalika punya grip yang fenomenal di kondisi basah,” ucap Rea seperti yang terpampang pada GridOto.com, (21/11/2021).

“Bahkan, salah satu dengan daya cengkram yang terbaik di dunia (dalam kondisi basah),” imbuhnya.

Rasa kagum juga ditunjukkan pembalap WorldSBK keturunan Indonesia, Michael van der Mark dari tim BMW Motorrad.Michael van der Mark finis keenam di Race 1 WorldSBK Indonesia 2021 yang digelar dalam kondisi kering, tapi berhasil naik podium ketiga di Race 2 dalam kondisi basah.

“Motor saya memang kalah cepat saat trek sedang kering, tapi saat wet race saya bisa tampil lebih mantap,” tutur Michael van der Mark.

“Yang membuat saya kagum adalah saat trek basah daya cengkeram motor lebih bagus ketimbang di race 1 di saat dry race,” imbuh pembalap keturunan Indonesia itu.

Pun dengan rekan satu tim-nya yaitu Tom Sykes, yang mengaku terkejut dengan level grip yang bisa diberikan aspal Sirkuit Mandalika dalam kondisi basah.

“Grip yang bisa diberikan oleh sirkuit ini di kondisi hujan membuat wet race menjadi lebih menyenangkan lagi bagi para pembalap,” ujar pembalap asal Skotlandia itu.

“Saya rasa anda juga akan mendapatkan jawaban yang sama dari seluruh rider yang turun balapan hari ini,” tambah Sykes.

Hal tersebut juga diamini oleh Alvaro Bautista (Team HRC) yang menambahkan bahwa layout sirkuit Mandalika sangat enak untuk dilewati.

“Aku suka sekali layout sirkuit ini, dan tentu aja aku berharap mereka (WorldSBK) akan mempertahankan sirkuit ini tahun depan,” ujat Bautista.

Namun, tidak hanya pujian, Bautista dan para pembalap lain tetap memberi saran dan kritik untuk sirkuit yang dikelola oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (ITDC) itu.

Misalnya, nyaris seluruh pembalap menganggap bahwa sistem drainase air di sirkuit Mandalika masih bisa lebih baik lagi.

“Trek ini harus memperbaiki sistem drainase mereka, karena di beberapa tempat masih ada air yang menggenang di lintasan,” ujar Bautista.

“Tapi di tempat lain pun bisa saja seperti ini kalau diterpa hujan deras pada waktu sesingkat tadi, jadi masalah ini bukan 100 persen dari sirkuit saja,” imbuhnya.

“Mungkin diperbaiki drainasenya karena meski hujan tak lagi deras, masih banyak genangan air terutama di area run-off yang cukup dalam,” kata Jonathan Rea.

“Atau setidaknya menggeser balapan lebih awal, karena setiap jam 3 sore tempat ini nampak selalu diguyur hujan deras di akhir tahun,” saran Rea.

Meskipun begitu, Rea tetap memberikan apresiasi yang besar bagi penyelenggara event yaitu MGPA atas terlaksananya WorldSBK Indonesia 2021.

“Mereka telah melakukan pekerjaan yang bagus, aku melihat foto dari tempat ini 4 minggu lalu dan terlihat kalau pembangunannya belum selesai,” ujar Rea.

“Tapi mereka bisa tetap siap dan berhasil menyelenggarakan event kelas dunia, jadi selamat untuk semua tim penyelenggara, ini adalah pengalaman yang menyenangkan,” tutupnya.

Apresiasi dari para pembalap WorldSBK tadi tentunya menjadi hal yang bagus bagi sirkuit di Lombok, NTB itu.

Semoga apresiasi tersebut membuat ITDC dan MGPA bersemangat mengatasi kritik dan mematangkan persiapan menjadi host MotoGP bulan Maret 2022 nanti.